
Bismillah.....
Memang benar apa pendapat EINSTEIN di buku ALAN LIGHTMAN dalam Novel “Mimpi – Mimpi Einstein ”masa lalu tidak dapat berbagi dengan masa kini “ . Dan bila dilihat dengan masa sekarang, aku sependapat dengan Motivator Indonesia yang beranggapan “bahwasannya apa yang kita lakukan sekarang ini akan tertuai di masa yang akan datang, atu kita berusaha untuk melakukan yang terbaik dalam setiap hal, karena orang yang cerdas adalah orang yang dapat memilih apa yang ia lakukan saat ini dapat berpengaruh besar untuk kecemerlangan di masa depan”. ( Mario Teguh ). Subhannallah.
Aku tak dapat berhenti & berkata bosan untuk urusan ikhlas atupun usaha untuk selalu sabar, meskipun...semua itu tak mudah. Namun jika kita mau meneliti lebih jauh lagi, coba kita lihat, tak ada yang berpengaruh besar dalam hidup ini melainkan dari aspek inti hidup ini. Yakni menurutku adalah Kejujuran, Cinta, Pengertian, Keikhlasan, dan Sabar. Hal yang demikian berperan utuh sebagai landasan atupun penghujung untuk sebuah alasan. Bahkan berbagi alasan. Aku tak ingin bermain – main dengan hal yang tak perlu dalam hidupku sendiri. Bagiku menjalankan dengan apa yang aku mau, dan dapat menjadi diriku sendiri itu adalah satu kejujuran yang membuat aku merasa nyaman. Dan itu bernilai mahal. Jika saja jujur itu sakit...itulah pernyataan yang real, tapi untuk apa? Buat apa?kita yang sekarang mengamankan pribadi dalam kedustaan sekalipun itu berdampak bahagia? Hmm.., itu bukan aku, bukan hatiku, dan bukan diriku. Tapi jika untuk urusan menjaga hati dan perasaan mungkin di sinilah kita membutuhkan rasa pengertian yang sabar, yang ikhlas. Yah, kita memang perlu memahamai sejuah mana kita mampu mengetahui dari inti hidup ini, dan setelahnya baru kita bisa tuk menjalani. Karena bagiku berbuat tanpa berfikir dan mengerti, itu sama saja dengan melakukan kebodohan, kekonyolan di luar logika yangtak berperasa, dan hanya mementingkan hawa nafsu saja. Setuju denganku?
Lalu soal cinta, untukku sendiri CINTA itu ibarat pasir, aku tak ingin menggenggam pasir itu terlalu erat dan kuat, karena itu bisa melepaskan butiran – butiran pasir itu dari tanganku tanpa sepengetahuanku, aku masih berusaha belajar untuk mengokohkan tulang sikuku, karena dengan begitu, aku dapat bertahan, menguatkan otot sikuku untuk meletakkan pasir itu di telapak tanganku,agar ia tak tumpah atupun lepas dari tanganku, yah meski pun terkadang tak utuh seperti semula ketika aku menjimpitkannya dari tanganku. Hmm.... Mungkinkah ini juga dikatakan filosofi tentang sebuah ketulusan dalam mencintai? atau kepercayaan yang penuh..? Atau sikap sabar dari hati yang membutuhkan dari pengertian itu sendiri? Entahlah..., toh semua pendapat akan berbeda satu denganyang lainnya, mari coba kita pahami kembali. Karena tak satupun jiwa maupun hati yang nyaman karena keterpaksaan. Aku yakin akan hal itu.
Serpihan hatiku bertahan pada biasan hidup yang terkadang hambar
ku nanti dengan segala upayaku dari dasar atupun ujung semua alasan ini
tersimpan berjuta luka karena kepupusan, keputus asaan,
namun hanya akan menjadi orang yang lemah jika selalu meratapi tanpa memperbaiki
bertahan dengan harapan yang indah …
ku tuturkan lembut dan penuh rasa rendah hati pada Sang Penghidup jiwa ini,
ku pinta kuat untuk menjadi tempatku menopang dari segala kerapuhan
ku sabarkan hinaan, cacian, dan makian.. , lalu ku ikhlaskan ia menjadi sebuah air mata …
mereka tak mengerti..., tak pahami....,
lirihku tuk tenangkan hati.
aku masih belajar untuk tegar....
aku belajar demi keutuhan sebuah kebersamaan kalian.....
kalian semua.....
karena kalianlah yang mengalaskan dan membuatku menanti ujung dari semua alasan ini.
maafkan aku, karena aku hanya mau dengan diriku.
diriku yang apa adanya, yang tetap pada semestinya.
semestinya rasa yang masih mau untuk mengerti, mencintai
sepenuh ku memiliki rasa ini.
Ratih Septina
Gubuk Kecil Tersembunnyi
Kamis, 1 April 2010
21.20 wib
No comments:
Post a Comment