Thursday, June 3, 2010

Rasa itu


Bismillah....


Kebersamaan dan panjangnya waktu ternyata tak menjamin sebuah rasa dan percaya dalam hubungan itu ternilai tinggi. Berapa banyak pasangan suami dan istri bercerai karena tidak adanya rasa saling percaya, dan kurangnya pengertian diantara keduanya, tambahnyalagi tak ada rasa kejujuran dalam membina sebuah hubungan. Astgfirullah..., semoga ini tak terjadi pada kita, Amin.



Mencintai adalah hal yang sulit dilakukan oleh seseorang jika memang tak ada rasa untuknya memberi dengan ketulusan hati dari nurani yang terdalam. Itulah mengapa tulus itu menjadi hal utama yang mengaitkan perasaan dengan kebersediaan untuk menerima apa adanya pasangan kita. Akan menjadi sebuah hal yang menyiksa jika keterpaksaan itu berada pada muara – muara hati yang telah lama berdusta pada hatinya sendiri. Sungguh itu tindakan yang tak dapat membuat kita nyaman.



Kehilangan dan rasa patah dalam hal mencintai itu sudah menjadi barang tentu yang mewarnai perasaan kita.



Kemauan kita untuk melakukan segala hal demi kebaikkan bagi orang yang kita kasihi itu hanya dimiliki bagi jiwa dan hati yang ikhlas, yang sabar, yang menerima, dan yang mengerti, juga jujur pada dirinya sendiri.Sekalipun ia terluka dan memendam perihnya lara, bersyukurlah kita jika kita termasuk di dalamnya. :) karena insya Allah ini adalah ketulusan yang sednag kita perjuangkan. :)



Selama cinta itu masih ada, jangan pernah beralih darinya.. Jangan pernah berpura pada hati yang tak pernah bisa membohongi diri sendiri. Untuk apa dan apa gunanya menjadi seorang munafik terhadap diri sendiri? Tak ada untungnya. Biarkan hati yang memilih, sekalipun ia akan terluka di akhirnya. Bukankah pejuang yang sesungguhnya adalah dia yang maju dalam medan perang? Yang tak peduli kalah atau pun menang, bahkan tak peduli terhadap nyawanya yang ia pertaruhkan demi pembelaan atas apa yang ia yakini, dan yang ia pegang teguh? Begitupun dengan mencintai seseorang. Rela terluka demi bahagia mereka, senyum mereka, dan yang terbaik bagi mereka yang kita cinta.Karena ras tulus itulah yang membuat kita mampu bertaruh asa untuk mereka.



Suatu hal dan tindakan bodoh jika kita berfikiran bahwa cinta itu adalah segalanya, tak smua hal bersangkutan dengan rasa itu. Bukanlah cinta jika itu akan hanya menjadi beban, bukan rasa kasih dan menyayangi jika itu menyakiti, bukan suatu pengertian jika perubahan yang memaksakan kehendak sendiri terhadap dia yang kita sayangi. Rasa itu juga akan mencerminkan hal bodoh jika kita berfikiran sempit, bahwa dengan mengakhiri hidup dan menyakiti diri sendiri agar semua rasa yang kurang dapat berhenti dan bersama, dan itu adalah tindakan konyol. Nauzdubillah, smoga kita selalu dalam fikri dan akal sehat serumit apapun persoalan yang sedang kita alami saat ini.



Cinta adalah ketegaran bagi kita. Rasa itu membuat kita selalu belajar dan menguatkan setiap kegontaian tapakan kaki kita di bumi ini.



Buatlah kebesaran dari luka – luka yang memedihkan. Tuhan bermaksud baik dengan adanya kegagalan dan kesakitan. Apakah itu masih kurang untuk pemahaman kita dalam hidup ini?



Jangan pernah merasa kalah, karena kita tak punya yang dapat dinilai dengan mata. Modal utama bagi pejuang seperti kita adalah yang berada di dalam dada. Niat dan keyakinan kita-lah modal terbesar dan termahal yang pernah Tuhan berikan pada kita. Kehidupan ini berjalan dengan fikir, asa, dan hati kita. Jadi jangan pernah sia – siakan waktu hanya untuk meratapi kelukaan. Berjuanglah!


Dan ketika semua harus berakhir, akhirilah dengan indah walaupun terkadang tak semua air mata itu dalam kebahagiaan antara kita dengan orang yang kita cintai. Jadikan semua perih dan luka yang pernah kita rasa menjadi bait – bait doa yang mulia pada-Nya. Karena bagaimanapun keindahan itu hanya dimiliki oleh ketulusan. Teruslah mencintai..., selama nadi dan jantung kita tak pernah berhenti. Teruslah berjuang dan jangan pernah pergi meninggalkan semua ini, karena di sini membutuhkan kejujuran hati, bukan pecundang sejati. Meskipun cinta tak harus saling memiliki.Sebuah ungkapan yang cukup mengharuskan kita melapangkan dada. Tapi kita harus yakin kita bisa. Insya Allah.




Rasa itu akan tetap ada, betatapapun kita keras untuk menentangnya, jangan pernah sebut ia kebodohan, selama smua masih bisa dilakukan dengan ikhlasnya pengertian, dan tulusnya penerimaan, Okey? Semoga kita bisa. Berusalah dan semangat untuk kita semua!! :) Tuhan tak akan pernah menyia – nyiakan sebulir air matapun dari kita.



** untuk smua pencinta




Ratih Septiana.


Net Blogger 2
12.35 pm
Kamis, 3 Juni 2010

No comments: