Monday, October 4, 2010

Lirihku untuk Sang Saka.....


Bismillah....


INDONESIA...


begitu lama ku tak kembali mengeja namamu,

tersekat ngilu di ulu hatiku,
mengingatmu kau berbeda dgn dirimu yg dulu...

benarkah waktu bergemelut menggulung asa dan cita itu?

INDONESIA,

kami adalah putra putri bunga bangsa...
dan semoga iman dalam dadalah yg kan membantu tegakkan rumus rumus kepahlawanan negara!

dimana namamu kan harum di ujung dunia...

dan untukmu ….

INDONESIA-ku...




(Ratih Septiana)


Melirik pada getir nadir kehidupan, bak hati tersayat perih, sangat pedih dalam ulu hati. Mengaca pada kaca mata berita kemarin, hari ini atau bahkan esok seterusnya. Tangis dalam dada beralun lirih, ironis. Begitu sangat kita mengasihani hati dari bangsa kita sendiri.

Sudah berapa lamakah berita dan hal serupa sering bermunculan dalam kabar berita?


Korupsi, teroris, pemerkosaan anggota berpangkat kaya? Penjualan generasi -generasi bangsa? Derita sang TKW dari negara kita...., penggalan – penggalan golongan sesat yang sekarang beredar dimana – mana,

Astagfirullahaladzim...,
benarkah penaku hanya berbicara dari sebatas nuraniku berkata? Ohh tidak, aku punya tekad dan tujuan yang mungkin sama, sekali pun itu berbeda dalam pandangan dan spesifikasi nyata kita.

Pantaskah hanya mengasihani nasib bangsa kita? Hanya bisakah kita mengelus dada?

Sahabatku, ku tahu ku bukan wakil negara ini yang pantas berbicara atas ini semua, aku hanay sepotong hati yang terhina karena kekecilan harkatku di mata mereka yang lebih tinggi dariku. Aku hanya seonggok dagingyangbernyawa yang ikut merintis dari kepedihan – kepedihan duka bersama mereka yang ada di bawah atas hati – dan jiwa yang berdusta.

Sikap dalam diri, dan nurani tak cukup hanya untuk berkata “seandainya, jika saja, “ tidak sahabatku. Siapa lagi yang akan merintis gemilang cahya buana dalam kehidupan kita? Selain dari kita – kita ini....

Elok dan rupawan sang pahlawan sejati sekarang tiada harga dan rupa dalam kelusuhan masa, semua lenyap bagaikan kelabu yang menyapu keseluruhan biru dalam langit – langit bernyawa.


Mengapa begitu sulit untuk hidup dalam kejujuran dan keadilan yang tegak atas hukum?

Kita memang bukan mansuia yang sempurna, kita bukan jiwa – jiwa yang ideal dengan tindakan atas pemikiran yang terinci secara sempurna. Namun kita adalah anugerah yang nyata, yang terlahir sebagai dan terpercaya oleh Tuhan untuk hadir sebagai pemimpin dalam kehidupan kita.

Dan ini pun tertulis nyata dalam kitab suci Al Quran yang isinya :

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat:


“Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”


(QS Al Baqarah : 30)


Khalifah atau khilafah, berasal dari akar kata khalaf yang berarti di belakang punggung, meninggalkan sesuatu di belakang atau sesuatu yang menempati tempat sesuatu yang lain. Al-Qur’an menyebut kata khalifah atau khilafah dengan berbagai turunannya. Selain itu, Al-Qur’an menggunakan kata khalifah untuk manusia dan untuk selain manusia.
Misalnya, ayat yang berbunyi,

“Dialah yang menciptakan malam dan siang silih berganti (malam menempati siang dan siang menempati malam), bagi mereka yang mau berpikir atau bersyukur.”

(QS. Al-Furqan : 62)

Ketika kata khalifah digunakan untuk manusia, kata ini mempunyai arti yang netral. Maksudnya bisa untuk kebaikan dan bisa pula untuk keburukan.

"Lalu datanglah setelah mereka generasi (pengganti), yang melalaikan shalat dan mengikuti hawa napsu. Mereka kelak niscaya akan mendapatkan kesesatan.”

(QS. Maryam : 59).

Atau firman-Nya yang berbunyi,

“Maka datanglah setelah mereka generasi (pengganti), yang mewarisi kitab.”

(QS. Al-Araf : 169).


Masya Allah, Walhamdulillah....

Betapa kaya nya kehidupan yang Tuhan anugerahkan kepada kita wahai sahabatku,
Betapa Tuhan itu Maha Mulia, dengan memuliakan kita dengan apa – apa yang terdapat di dunia ini...

seperti dalam potongan ayat berikut ini :

“Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. Dan bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memahami(nya), “

(Q.S Al Anbiyaa :81 )


“Tidakkah kamu memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan Dia tundukkan matahari dan bulan masing-masing berjalan sampai kepada waktu yang ditentukan, dan sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. “


(Q.S Yassin : 72)


sadarilah hal ini wahai sahabatku/...


“Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? “


( Q.S Ar-Rahman :16)


Indonesia...

berjuta luka berserak,
beribu pahit memekik...

dengarlah isak tangis ibu pertiwi...
air matanya berlinang...

Indonesia,
latarmu begitu kaya,
hatimu bgitu penuh generasi bangsa yg musti tertata..


Lihatlah kawanku, begitu banyak saudara – saudara kita yang terlantar, ingin ku hyentakkan kemarahanku pada pemimpin negeri ini. Dengan berbagai kondisi yangterkadang sama sekali tidak sinkron pada derita rakyat kecil ini, kelaparan, kemiskinan, krisis atas pendidikan mental dan sosial. Masya Allah..., dimanakah hati nurani itu?

Mau jadi apa bangsa ini jika dari hal – hal yang terkecil pun kita meremehkannya?

Padahal begitu banyak hal bermanfaat yang bisa kita lakukan yang dimulai dari hal – hal terkecil. Sering juga kita merasa kita ini siapa? Kita hanya orang biasa, yang mendengar perantra – perantara “mereka” berbicara untuk menenagkan kita smua dalam keadaan yang tidak kondusif ini. Namun sayang, mungkin mereka tidak menyadari bahwa Rakyat sekarang pun
“cerdas dan kritis” atas pemikiran. So, jangan pernah salahkan kemarahan – kemarahan rakyat kecil sebagaimana kita tidak mampu menerima alasan yang terkadang di luar nalar logika kita.

Ingatlah sahabatku,

dalam hal apapun dan kondisi bagaimanapun...,

“tiada mungkin ada persangkalan, pengelakkan, pemberontakkan, jika saja hati itu jujur, dan lepas dari omong kosong belaka”.

Kita hidup dalam alam tindakan yang nyata, kita haus akan nyali yang benar – benar terbukti, bukan janji – janji .Sebagaimana hati yang Ana bawa di sini, semoga hal ini tidak sebatas perasaan atas kepekaan nurani, karena munculnya tekad dan niat untuk saling memotivasi, Ana ingin melakukan dari hal- hal yang terkecil, sebagaimana tulisan ini ada di depan sahabat semuanya. Walhamdulillah. Semoga tidak disalah artikan. Karena kita pun dianjurkan untuk saling mengingatkan.



Jangan jadikan keburukkan orang lain menjadi keburukkan kita pula.


Kita hidup dalam latar yang sama, rumpun yang sama, tanah air beta yang sama, jadi untuk apa kita saling membedakan? Saling merusak? Bukankah hal yang demikian dapat menaykiti diri kita sendiri?


Bagaimana kita inginkan kedamaian ada di sini? Jika saja dari diri kita sendiri tidak ada sikap yang bertekad untuk belajar lebih saling menghormati dan menghargai perbedaan, dalam hal apapun, suku, negara, agama, pendapat, atau bahkan yang lainnya.

Jika memang kita hanya
“manusia yang berbatas”, maka jangan jadikan hal tersebut bagian dari alasan yang sering kita mengatakan dan kita mendengarkannya. Percayalah, kita bisa lebih baik dari sikap kita hari ini. Kita tidak lemah, kita cerdas, kita dapat memilih dan tegas daalam berpendapat, namun tidak berarti pula kita dapat bersikap egois dan tidak mementingkan kebutuhan antar sesama.

Biarlah yang jahat dan hitam itu memekatkan hari kita, namun bagi kita buatlah hal tersebut menjadi sebuah kesyukuran, dan suatu tantangan, dan kepercayaan, bahwasannya “tidak satupun peristiwa terjadi tanpa ada rencana dari Tuhan”. Biarlah yang buruk berlalu, ku tahu luka itu masih memendarkan rasa sakit dalam jiwamu, jiwa kita, dan mungkin itulah mengapa, dalam kehidupan ini pun, kita diminta untuk saling
“memaafkan”, sekali pun itu sesuatu hal yang “sulit”.

Jangan jadikan keras terbalas oleh keras. Mulai dari diri kita, kita mengenyampingkan kekerasan, bukan karena kita tidak tegas, bukan karena kita lemah, jsutru karena kita tangguh, kita kuat, karena dalam kesabaran itu, terdapat jiwa pemberani. Jiwa yang tidak takut oleh belenggu – belenggu apapun, sekalipun yang mengoyakkan kemarahan dan merubuhkan keanggunan citra pribadi dalam keterbatasan kita sebagai insan, dan itu yang akan kita menangkan dalam perjuangan sejarah yang indah. Insya Allah, Semoga kita bisa. Amin.


Untukmu generasi pemuda yang cerdas akalnya,


tak ada yang dapat menjamin kehidupan kita untuk lebih lama di dunia, selain DIA
berikanlah hal – hal yang bermanfaat bagi keksosongan hari – hari kita,
sembahkanlah hati – hati yang tulus kepada tangisan lapar dan haus perhatian pada mereka yang kurang beruntung...

tahukah kau?
kau bagaiakan benih – benih citra yang anggun karena pedulimu pada hal – hal yang kecil...
kau bagian penegak – penegak hukum atas keadilan yang selama ini terbuang …
kau adalah akar – akar kejujuran yang tegas dan tak mudah tertindas dengan berlinang nya material …

kau adalah pemuda dan pemudi bangsa Indonesia, yang lama dirindukan oleh senyuman ibu pertiwi dalam persinggahan yang sekarang rentan dari janji yang terjual belikan...
dan kita adalah putra – putri Indonesia yang memiliki andil besar untuk mengharumkan negara kita...
ingatlah jasa pahlawan yang sekarang teracuhkan...,
kita harus tegakkan hak – hak pemimpin yang begitu tulus dan jujur berjuang bagi kemerdekaan yang sekarang kita nikmati, atu bahkan terdzalimi dengan maraknya korupsi... ( astagfirullah...)

Untukmu hati yang berjuang,


maka jadikanlah kita patut dan layak dperhitungkan karena ketulusan dan kejujuran...
karena keberanian dan ketangguhan yang ramah namun tetap pada ketegasan.
berjanjilah kita akan bersama membasuh luka perih itu pada Sang Saka Merah Putih...
buktikan kita mampu dan kita bisa...
simpan baik – baik tekad itu,
dan kita akan bersama meluluskan rumus – rumus kepahlawanan para pejuang yang telah gugur mendahului kita …
majulah pemuda - pemudi Indonesia!!
kobarkan semangat asa dalam harunya dada atas kesyukuranmu pada Tuhan Yang Maha Esa..
bahwa kita terpercaya untuk memimpin diri kita, dalam menuju tujuan “mulia” dari hal – hal yang sederhana namun tidak biasa di mata muka dunia...

Semoga kan berakhir luka luka dusta,

semoga kan berlalu sedu pilu keacuhan hati batu,

dan semoga harum nya bunga bangsa kan menyemaikan rupa jingga...
dalam rona senja yg indah,

untukmu
Sang Saka Merah Putih!
dari kita bunga bunga bangsa dan negara!


Insya Allah, Amin...

Baiklah, sekian dulu dari Ana, Semoga share kali ini, dapat menjadi muhasabah kita bersama, dan tidak menjadikantekad itu sebatas dalam benak dan niat kita, yuk sama – sama merealisasikannya. ^_^ , mulai dari hal yang mendasarm yang kecil..., dan dari hal – hal yang sederhana. Insya Allah, dimana ada tekad dan niat, di situ akan ada jalan dari-Nya. Tuhan Maha Menghargai sbeuah usaha dan niat yang tersemat mulia dalam dada kita. ^_^ kita harus percaya akan hal itu. Okey? ^_^V

mohon maaf jika ada kekurangan, dan kalimat yang kurang berkenan. Semoga bermanfaat.





dari yang masih selalu belajar,

Ratih Septiana
Net Blogger II
Minggu, 03 Oktober 2010
10. 16 am

No comments: