
Pelajaran ini aku dapatkan ketika aku sedang melaksanakan program magang. Pada saat itu aku sedang memegang amanah, bisa dikatakan sebagai seorang mujahid* (cie…yo po yo?). ceritanya gini, pada saat itu aku harus berubah peran dari seorang mujahid yang mengabdikan seluruh waktu tenaga dan pikiran hanya untuk sang Khalik, kemudian berubah menjadi seorang pekerja perusahaan yang mengabdikan seluruh waktu, tenaga dan pikiran untuk kemajuan perusahaan. Awalnya aku hanya berpikir biasa, tak ada perubahan maupun perbedaan yang signifikan, karena begitulah hidup, setelah menyelesaikan study selanjutnya adalah mencari pekerjaan. Kemudian aku baru dapat menyimpulkan ini semua setelah seorang teman sekaligus pekerja yang sedikit tahu tentang dunia kerja yang begitu keras, dan menceritakan hal itu kepada kami yang sedang mencoba merasakan dan yang akan memasuki dunia kerja. Kira-kira seperti ini!
Untuk sementara kita simpan persepsi bahwa “ketika seseorang bekerja baik untuk dirinya maupun untuk keluaraganya itu merupakan salah satu bentuk ibadah” dan menyimpan persepsi “kedua hal ini dapat dilakukan bersamaan”. Bayangkan kita hanya dapat melakukan satu peran saja, menjadi seorang yang bekerja untuk perusahaan atau seorang mujahid yang bekerja untuk sang Maha Pencipta. Antara pekerja dan mujahid mempunyai persamaan, yaitu sama-sama meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya atau bisa dikatakan mengabdikan hampir seluruh hidupnya untuk “sesuatu” tempat dia mengabdikan dirinya. Sebagai bahan kita akan melihat bagaimana seorang pekerja melakukan pekerjaannya. Seorang pekerja perusahaan harus meluangkan waktunya 8 jam dalam sehari dan 40 jam dalam seminggu, 5 hari dalam seminggu. Dan akan ada konskuensi tertentu jika target diatas tidak tercapai diantaranya, dia harus menggantinya pada hari lain, atau upahnya akan dipotong. 8 jam dalam sehari? Coba kita lihat apa yang biasanya dilakukan seorang pekerja mulai dari jam 6 pagi sampai jam 6 sore. Jam 6-7 pagi = perjalanan/persiapan menuju ke tempat kita bekerja, jam 7 pagi - 4 sore = bekerja, jam 4-5 sore = perjalanan pulang, kemudian sisanya untuk beristirahat sebentar kemudian mandi dan yang lainnya. Artinya waktu “siang” seorang pekerja bisa dikatakan hanya cukup untuk bekerja. Kemudian waktu “malamnya” digunakan sebagian untuk berkumpul dengan keluarga, sisanya digunakan untuk beristirahat, itupun kalo ga ada PR dari pekerjaannya. Ya......... bisa dikatakan hampir seluruh waktunya hanya untuk bekerja, bahkan sangat sedikit sekali waktu yang digunakannya untuk berkumpul dengan keluarganya, aku membayangkan bagaimana cara dia untuk mendidik anak-anaknya?(itu hal yang pertama). Kalau waktu kita terpakai untuk mengabdikan ke perusahaan, maka secara tidak langsung tenaga dan pikiran kita pun akan mengikutinya.
Gambaran lain ketika seseorang bekerja pada sebuah pabrik atau pertambangan diantaranya, dalam sebuah pabrik pekerja mempunyai 3 shift : shift pertama jam 7 pagi sampai jam 4 sore, shift kedua jam 4 sore sampai jam 12 malam, selanjutnya dari jam 12 malam sampai jam 7 pagi. Jadi sebuah pabrik bekerja non stop, mungkin libur hanya hari sabtu atau minggu (itupun jika tidak ada yang lembur). Setiap pabrik mempunyai aturan tertentu, apabila seorang pekerja melakukan kesalahan, maka dia akan di marahi dan terkadang ada beberapa perusahaan yang tidak segan-segan mempermalukan pekerja yang melakukan kesalahan tersebut di depan pekerja yang lain walaupum kesalahannya hanyalah kesalahan kecil seperti kesalahan memarkir kendaraan, kesalahan dalam berpakaian, atau lainnya, apalagi apabila melakukan kesalahan yang yang mengakibatkan kerugian pada perusahaan. dipermalukan di depan pekerja lain dan di marahi? orang-orang banyak menyebutnya dengan istilah “underpreasure” yang banyak membuat para pekerja stress. Contoh lainnya adalah seseorang yang bekerja di lepas pantai sebuah perusahaan pertambangan minyak (banyak digeluti oleh anak teknik mesin atau elektro). Bagi pekerja baru diterapkan aturan dalam satu bulan 3 minggu di lepas pantai dan 1 minggu di darat. Lepas pantai? Tidak ada siapa-siapa di sana, atau bisa dikatakan tidak ada kehidupan disana, bayangkan kita akan berada disana selama 3 minggu dalam sebulan, bisa dibayangkan? Ya.... sangat membosankan sekali. Memang sech terkadang tidak banyak yang dikerjakan, hanya menunggu mesin yang beroperasi. Tetapi apabila terjadi trouble pada sebuah mesin, maka seorang operator tersebut harus segera memperbaikinya, perusahaan tidak mau tahu dan tidak mau rugi besar “waktu adalah uang” pokonya mesin tersebut harus segera beroperasi. Biasanya kalau sudah begini tidak ada ampun bagi operator, tidak ada jadwal makan, tidak ada jadwal istirahat, maupun jadwal-jadwal toleransi lainnya (termasuk shalat), jika kerusakan tersebut tidak selesai diperbaiki, maka selama itu pula, operator harus mencuri-curi jadwal makan maupun jadwal istirahat. Mengerikan sekali......!!
Untuk apa itu semua dilakukan seseorang, dan bagaimana seseorang tersebut mampu bertahan dari itu semua? Bekerja tak terbatas waktu, bekerja underpreasure, bekerja jauh dari keluarga dan yang lainnya? Jawabannya hanya satu “kebahagiaan di dunia”. Ia ingin hidup tercukupi atau lebih, hidup terhormat, hidup bahagia. Memang benar bekerja adalah jalan terbaik untuk mencukupi kehidupan kita di dunia. Tapi aku tidak habis pikir, kenapa bekerja dapat membuat seseorang melupakan Rabb semesta alam, sehingga apa yang ia lakukan hanyalah bekerja, bekerja, dan bekerja. Terkadang ia lupa daratan oleh pekerjaannya. Meskipun urusan duniawi begitu kecilnya dibandingkan dengan urusan akhirat, tetapi tetap urusan duniawi jangan dilupakan. Karena melalui dunia inilah keberhasilan akhirat akan kita dapatkan.
Dan maaf penulis tidak dapat menjelaskan lebih jelas bagaimana seorang mujahid melakukan pekerjaannya. Yang jelas coba kita bandingkan hasil dari keduanya :
Ketika seseorang bekerja dalam sebuah perusahaan atau instansi maka ia akan di gaji katakanlah maksimalnya 80 juta dalam sebulan atau lebih ( katakanlah gaji seorang presiden direktur) maka, masa iya Allah tidak sanggup menggaji lebih besar atau minimal setara dengan nilai itu untuk seseorang yang memperjuangkan agama-Nya, padahal Allah Maha Memiliki segalanya.
Ketika seseorang bekerja dalam sebuah perusahaan atau instansi terkadang ia mendapatkan fasilitas seperti kendaraan atau tempat tinggal, dan mendapatkan fasilitas berobat gratis (jaminan kesehatan) maka, masa iya Allah tidak sanggup memberikan fasilitas lebih, jika Dia menghendaki. Memang sech terkadang didunia akan mendapatkan cobaan yang berat untuk mendapatkan hal itu, tapi apakah tidak mungkin apabila fasilitas itu akan kita dapatkan di akhirat kelak? Apakah kita harus meragukan janji Allah?
Ketika seseorang bekerja dalam sebuah perusahaan atau instansi setiap tahun akan mendapatkan bonus setiap akhir tahun atau bonus-bonus kecil lainnya di hari-hari besar seperti lebaran Oh ya apa kita melupakan bahwa Allah juga selalu memberikan bonus setiap tahun kepada setiap hambanya, yaitu setiap bulan Ramadhan yang berharga lebih dari 11 bulan lainnya bagi orang-orang yang dapat memetik hikmah bulan ramdhan, sayang...... banyak orang yang tidak dapat memetik hikmah bulan penuh berkah ini.
Ketika seseorang yang bekerja dalam sebuah perusahaan atau instansi ia bekerja melebihi jam kantor, maka ia akan di hargai lebih untuk lemburnya tersebut lalu aku membayangkan, apa balasan Allah ketika seorang mujahid bekerja lembur untuk mengabdi kepada-Nya?
Dengan kerja yang sama, tetapi hasilnya berbeda. Demikianlah cerita yang dapat penulis paparkan semoga kesibukan kita dalam bekerja tidak mengganggu aktifitas kita dalam beribadah dan selalu bersyukur kepada-Nya. Carilah untuk duniamu tapi jangalah melupakan akhiratmu. “masa depan kita di dunia hanyalah sebatas satu titik, dan masa depan kita di akhirat adalah bagai satu garis lurus tanpa batas”
Maaf..... jangan kaget, terkejut apalagi takut, tenang...... tidak semua pekerjaan seperti itu, banyak pekerjaan yang lebih menyenangkan, apalagi jika pekerjaan kita merupakan hobby kita, maka tidak akan ada masalah yang terlalu besar. Gambaran pekerjaan diatas hanyalah contoh kasar bagaimana seseorang dapat bertahan dengan pekerjaannya untuk mempertahankan kehidupannya. Sekarang kita ambil lagi persepsi diatas “bekerja adalah salah satu wujud ibadah, kita dapat bekerja sekaligus berdakwah”, jadi kita tidak terlalu merasa rugi dan jangan ragu untuk menjadi seorang mujahid yang selalu memperjuangkan agama-Nya. Dan jangan melupakan satu hal “kita tidak hanya hidup di dunia ini saja, tetapi akan ada kehidupan yang sebenarnya di akhirat kelak”.
Wallahu'Alam
Written by o’NeAL Jakarta, 22 april 2007
2 comments:
bekerja di perusahaan kan termasuk ibadah juga mbak...ada pahala juga. Namun keseimbangan pemantapan spiritual juga harus ada, makanya ada kewajiban sholat 5 waktu di sela2 waktu kita berkerja...
assalamualaikum...
iyah itubenar sekali, bekerja adaln satu bentuk ibadah, mungkin di sini yang lebih disampaiakn jgn smpai kesibukan kita bekerja menyita dan menunda aktivitas spiritual kita pd sang Khalik.., :)
afwan ukhty.., ini tulisan kawan Ana, :) semoga yang baik bisa kita ambil hikmahnya, dan yang kurang kita maklumi keberadaanya..., terima kasih.. ^_^
Post a Comment