
Bismillah....,
senyum dan tawa itu...,
polos...,
tangis itu.., siapa yang kan peduli?
Rasa rindu itu..
siapa yang kan memenuhi?
Setiap suara hati...,
siapa yang kan mendengar dengan nurani?
Kegembiraan yang mungkin tak dapat kita miliki seutuhnya...,
ada pada diri mereka..,
tapi hidup....
apa yang mereka maknai dalam kehidupan ini?
Meski pun jalan semua manusia itu berbeda...,
bertahan dalam kegetiran setiap perjalanan...,
masa depan yang entah bagaimana..ujungnya..
canda ria di sela penderitaan yang mereka rasa,
ohh... Tuhan,
tangisku telah membasahi setiap sudut – sudut kepiluan..
memekik lirih ..penuh perhatian...
tak dapat berbuat banyak saat ini,
doa..., doa.., dan doa...
serta materi yang mungkin tak lebih dari cukup...
kehidupan itu menjulang tinggi...
semua keegoisan telah mampu merajai diri.
betapa banyak..., yang tak pernah mengkaca setiap alun perjalanan ini...
Astagfirulllah..., Astagfirullah, Astagfirullahaladzim...,
Ampuni kami ya Rabb.....
jangan masukkan kami sebagi hamba-Mu yang melampuai batas dan penuh dnegan keangkuhan serta kesombongan diri,
Amin.
“ yah .., kalu makan bareng – bareng sama temen. Mandinya di kamar mandi umum, seneng sih banyak temennya soalnya, ga punya bapak, sama ibu. Dari kecil saya sudah di sini, kalau malam yah tidur di pinggir toko, pernah juga diusir disirampake air karena mau dibuka tokonya pagi - pagi”
percakapan singkat dari seorang anak kecil dalam berita sore yang aku lihat di televisi.
Sedih.., ingin menangisi, namun tak bisa juga aku meratapi tangisku. Perih dan pilu. Tawa itu semakin memedihkanku, betapa sungguh aku termasuk orang yang melampaui batas.., jika saja aku tak bersyukur dalam hidup ini. Nauzdubillahiminzdalik, Semoga kita tak termasuk dalam golongan ini. Amin.
Masa – masa kecil sempat berbagi dan bersama dan Bapak dan Ibu. Menikmati apa hakku, dan dapat menjalankan kewajibanku yang dengan semestinya itu berlaku dalam setiap taraf umur pertumbuhanku. Masya Allah, Walhamdulillah ala kuli hal.
Aku mungkin tak pantas untuk mengungkapkan apa yang harusnya terjadi. Dan aku bukan pengamat politik yang berjabat tinggi, atau seseorang yang bergelar dengan “pendidikan” tinggi. Tapi maaf..., perlukah itu semua untuk mengajarkan jiwa nurani kita untuk lebih mengerti dan menghargai saling peduli? Mengapa? Kenapa aku bisa berkata seperti ini? Maafkan aku...,jika harus ku katakan semua ini.
senyum dan tawa itu...,
polos...,
tangis itu.., siapa yang kan peduli?
Rasa rindu itu..
siapa yang kan memenuhi?
Setiap suara hati...,
siapa yang kan mendengar dengan nurani?
Kegembiraan yang mungkin tak dapat kita miliki seutuhnya...,
ada pada diri mereka..,
tapi hidup....
apa yang mereka maknai dalam kehidupan ini?
Meski pun jalan semua manusia itu berbeda...,
bertahan dalam kegetiran setiap perjalanan...,
masa depan yang entah bagaimana..ujungnya..
canda ria di sela penderitaan yang mereka rasa,
ohh... Tuhan,
tangisku telah membasahi setiap sudut – sudut kepiluan..
memekik lirih ..penuh perhatian...
tak dapat berbuat banyak saat ini,
doa..., doa.., dan doa...
serta materi yang mungkin tak lebih dari cukup...
kehidupan itu menjulang tinggi...
semua keegoisan telah mampu merajai diri.
betapa banyak..., yang tak pernah mengkaca setiap alun perjalanan ini...
Astagfirulllah..., Astagfirullah, Astagfirullahaladzim...,
Ampuni kami ya Rabb.....
jangan masukkan kami sebagi hamba-Mu yang melampuai batas dan penuh dnegan keangkuhan serta kesombongan diri,
Amin.
“ yah .., kalu makan bareng – bareng sama temen. Mandinya di kamar mandi umum, seneng sih banyak temennya soalnya, ga punya bapak, sama ibu. Dari kecil saya sudah di sini, kalau malam yah tidur di pinggir toko, pernah juga diusir disirampake air karena mau dibuka tokonya pagi - pagi”
percakapan singkat dari seorang anak kecil dalam berita sore yang aku lihat di televisi.
Sedih.., ingin menangisi, namun tak bisa juga aku meratapi tangisku. Perih dan pilu. Tawa itu semakin memedihkanku, betapa sungguh aku termasuk orang yang melampaui batas.., jika saja aku tak bersyukur dalam hidup ini. Nauzdubillahiminzdalik, Semoga kita tak termasuk dalam golongan ini. Amin.
Masa – masa kecil sempat berbagi dan bersama dan Bapak dan Ibu. Menikmati apa hakku, dan dapat menjalankan kewajibanku yang dengan semestinya itu berlaku dalam setiap taraf umur pertumbuhanku. Masya Allah, Walhamdulillah ala kuli hal.
Aku mungkin tak pantas untuk mengungkapkan apa yang harusnya terjadi. Dan aku bukan pengamat politik yang berjabat tinggi, atau seseorang yang bergelar dengan “pendidikan” tinggi. Tapi maaf..., perlukah itu semua untuk mengajarkan jiwa nurani kita untuk lebih mengerti dan menghargai saling peduli? Mengapa? Kenapa aku bisa berkata seperti ini? Maafkan aku...,jika harus ku katakan semua ini.
Anak – anak jalanan......
yah merekalah yang mampu membuatku menulis semua kalimat ini. Senyum mereka, canda mereka, kekosongan mereka, suara hati yang mungkin tak aku ketahui pastinya..., kehampaan tanpa seorang yang memperdulikan. Asalkan mereka bersama, mereka bahagia, lihatlah! Betapa sederhana itu membuat kita terpukau kala memandang dan melihatnya dengan seksama.
Namun, apakah hanya cukup sampai di sitru ? mereka berkeliaran dan riang bergembira dalam bekerja, hanya untuk dan demi “sesuap nasi....”? Yang bisa mengusir lapar mereka hari ini.
Laillahaillallah.., ya Allah....
Allah...., Kau-lah yang Maha Menjaga. Meskipun aku tak sekolah tinggi, namun masih teringat dengan isi UUD 145. pasal 34 ayat 1 :
“ fakir miskin dan anak – anak terlantar dipelihara oleh negera....”
dan kemiskinan pun “katanya” mau diberantas.....
and...........see......?!
Baiklah, aku tak mau berkomentar banyak soal mengapa? Dan bagaimana? Selalu malas dan urung niatku melihat hukum, politik yang hanya “ menjanjikan”, yang manis waktu “mengucapkan”. Apakah kira fikir amanah itu mudah? Amanah itu gampang? Dan tanggung jawab itu dapat di pertanggungkan dengan semena – mena? Keadilan itu dapat dibayar?!!! Astgfirullah...., ya Allah...,
ku helai nafas panjang, sesak dalam dadaku.( astagfirullahaladzim...) Ingin aku marah.., tapi siapa aku?
Kepedulian tak sering kita jumpai, berkurang satu demi satu, Manusia terkadang haus akan kekuasaan. Padahal..., siapalah kita ini? Milik siapalah yang berada di dekat kita saat ini?
Kalau saja ada dari kita yang lebih peduli...daripada untuk me-mewahkan suguhan yang tak bermanfaat.
kalu saja ada dari kita yang lebih memiliki hati nurani...ketika mereka hendak berkorupsi.
kalu saja ada kita yang lebih mengerti..., tentang “isi kehidupan” yang sebenarnya ini
Ya Allah, semoga Kau golongan kami dengan orang – orang yang belajar untuk ilmu yang bermanfaat, bukan untuk ilmu yang mudharat , atu muabadzir..., Amin
Mereka juga mempunyai hak yang sama,
hak untuk dilindungi.., hak untuk dihargai, dihormati, dan di kasihi.
Aku memimpikkan Indonesia ini lebih baik, tiada pertikaian. Ga ada lagi yang namanya saling beradu kekuasaan, hukum yang adil dan jujur, sikap yang bijak dan lebih aktif. Bukankah semua orang berhak berpendapat? hh..., pantaskah juga aku berpendapat seperti ini? Ku tak tahu.., karena semua ini ada akrena apa yang aku lihat itu “fakta”
Tapi sahabatku...,
akankah juga kita hanya mampu berdiam diri? Berpura untuk tidak mengetahui, meskipun itu hanya sedikit...? Mungkin ada kalanya kita merasa kurang, tapi percayalah sahabatku..., dengan bersedekah (berbagi) dalam keadaan sempit, berkah Allah pun semakin dekat, insya Allah. Yakinlah kita.
Seperti Firman Allah dalam Surah Al – Imran ayat 133 – 134 :
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. “
Subhannallah...,
Terkadang …, apa yang untuk kita sedikit itu ternyata berbeda dengan orang yang sedang membutuhkan. Apakah ada hal yang lebih membahagiakan dibandingkan melihat kita berhasil membuat seseorang tersenyum? Kita dapat saling membantu.., dan rasa persaudaraan itu ada diantara kita. Masya Allah, Alhamdulillah.
Tahukah kita?
Mungkin terkadang pula kita cepat menyerah, begitupun dengan diriku,
setiap mendapat persoalan yang pelik wajar saja jika kita merasa berat..., tapi semua itu luntur..., karena harusnay kita lebih bersyukur ketika melihat wajah – wajah mereka, sekecil mereka mengarungi hidup yang keras. Mengupayakan yang terbaik bagi satu sama lain, lebih jujur dan ikhlas, lebih mengerti arti dari persaudaraan. Subhannallah.
Bisa kita bayangkan? Ada dari mereka mengamen, atu menjual koran.., atau mendangan asongan lalu ada juga yang namanya “penguasa jalanan”, yang terkadang memalak uang penghasilan mereka. Soba pahami apabila kita berada di posisi tersebut. Sedangkan tangan – tangan kecil itu tak sanggup untuk menjerakan hati – hatiyang “nakal” dan “beringas”.Astgfirullah...
Pernhakah kita berfikir...,?
Ketika kita hangat dalam rumah di waktu hujan, dengan perut kenyang...., tetapi tidak untuk anak – anak itu. Mereka kedinginan, menggigil..., kelaparan, hasil dagangan belum balik modal. Sementara ia harus menguras tenaga kecilnya.
Hhhh......... ya Allah.., ya Allah.., ya Allah .
Sempatkah kita terfikirkan juga..,
ketika ada ayah dan ibu kita, menjaga di saat kita membutuhkan, namun itu tak pernah ada bagi mereka. Mereka tidak tahu siapa orang tua mereka. Kehidupan mereka di jalanan. Tidur di emperan toko, basah, lembab, pengap. Dingin dan terkadang tidur dalam keadaan lapar dengan perut yang melilit perlu diisi. Sementara tak mempunyai uang sepersen pun.
Allahu Rabbi, anta ya Rabbi...
aku tahu, semua manusia itu telah Engkau ratakan ujian dan cobaan sesuai kadar kemampuan kami. Tapi Tuhanku..., aku mohon dengan penuh pengertian-Mu demi jiwaku yang berada dalam genggaman-Mu, demi kasih dan sayang juga cinta yang telah Engkau sembatkan dalam hati dan jiwaku. Izinkan aku untuk selalu mempunyai waktu untuk mengerti dan memahami kehidupan ini lebih jauh, lebih menghargai hidup, lebih memaknai hidup ini penuh arti dengan berbagi bersama hamba-Mu yang lain, ya Allah..., jangan biarkan aku menikmati apapun yang Engkau titipkan dengan sendiri. ...jangan ya Allah, Semua adalah milik-Mu....jaga saudara kami, adik – adik kami yang berada dalam susah dan sulit, dalam keadaan dingin atupun panas dnegan matahari yang terik. Sungguh tiada daya dan upaya melainkan dari Pertolongan-Mu....
Amin...
Sahabatku sekalian, maafkan jika mungkin Ana terlalu banyak bicara, tak ada bermaksud untuk menggurui, sungguh dari itu Ana ingin mengajak kita semua lebih memperhatikan, mempedulikan sesama dengan bersedekah, dalam pemberian secara terang, atupun sembunyi, dalam doa maupun harta. Allah Maha Tahu segalanya.. Allah Maha Menilai apapun kebaikan itu dari kita,(keikhlasan ).
Mari kita bersama berdoa, dan juga memulai pada diri kita, dari hal – hal yang kecil.
Kita berdoa untuk kondisi ini, di “rumah kita” ini, semoga akan lebih baik, dan tiada lagi perang egoisme, “ loe loe - gue gue” ( istilah org jakarta) ga, bukan seperti itu. Kita semua saudara. Jangan pernah beranggapan begitu., kita sama – sama manusia yang memerlukan satu sama lain, Jangan pernah sombong karen akita ini sama – sama “menghamba” bukan punya kita semua harta ini, bukan milik kita “kekuasaan” ini. Lebihlah kita bermuhasabah kembali pada Tuhan. Untuk kita, kehidupan kita, dan juga demi kebaikan kita. Insya Allah....
Sahabatku,
jangan biarkan orang di dekat kita merasa lapar, atupun kurang. Sedangkan kita merasa kenyang dan cukup bahkan lebih. Setuju? ^^
Semoga nurani ini lebih terpelihara dengan baik, mulai dari diri kita sendiri. Amin. :)
Begitu dulu yah, maafin Ana kalu saja Ana ada salah kata dalam tulisan kali ini., atas kekurangannya . Mohon maaf sebesarnya, kita belajar bersama – sama untuk menjadi orang yang saling peduli terhadap sesama. Dan menjadi orang yang dermawan, Bukankah itu menyenangkan? ^^, aku harap begitu. Semoga Allah selalu bersama usaha apapun yang kiya mengupayakan kebaikannya, insya Allah, Amin...^_~
Sekian, terima kasih...
Semoga bermanfaat, dan saling mengingatkan. :)
Ratih Septiana
Net Blogger II
Sabtu, 8 April 2010
11.37 am
No comments:
Post a Comment