
Bismillah...
ternyata rasa perih itu tak mampu membuatku nyaman, sekasar apapun aku mengusirnya. Pukul 3 pagi ini, sungguh merasa tersiksa. Tak dapat memicingkan mata. Kelelahan pun dapat terelakkan. Tapi rasa duka itu masih setia dalam jiwaku.
Apa yang dapat aku lukiskan di sini?
Sementara hati ini telah berdarah karena ulahku sendiri, Astgfirullah....
nyeri dan perih untuk kau raba perasaannya.
Sahutan keheningan malam pun tak dapat menenangkan aku seperti biasanya.
Semua enyah dan musnah, entah kemana perginya.
Bulir asa yang bergeliang geliut tak tahu pastinya, semakin berjejalan bimbang dalam hatiku.
Oh Tuhan..., Ampuni aku, Maafkan aku,
inikah hukuman-Mu? Karena aku melukai hati itu?
Ampuni aku ya Rabb...
air jiwa itu seketika mengering dan gersang
hujan hati memedihkan rasa ngilu di palung hatiku.....
dan air mata ini, bergerilya dari wajah hingga selimut tidurku.
Rasa itu menghujam jantungku...
aku....., aku melukainya...
oh tidak, jahatnya aku,
dia ada dalam setiap doa – doaku
dia adalah goresan dalam kekosongan waktu ku...
dia adalah air mata karena rinduku padanya
dan dia adalah senyumku bahagia dalam penghidupan yang ku harapkan pada-Nya.
Sebegitu besarkah salahku Tuhan?
Dengan janjiku yang tak pernah mau menyakitinya...
sekarang aku dalah kepingan kaca yang telah hancur...
aku adalah lempeng batu yang runtuh...
walau bagaimanapun itu, aku adalah hati yang patah yang masih dapat bertahan untuk nya.
Orang bijak mengatakan :
“Harapan di hati baik Anda itu, adalah pengindah doa-doa Anda, pengindah wajah Anda, pengindah suara Anda, dan pengindah sentuhan Anda.
Harapan di hati teguh Anda itu, adalah penguat kesungguhan Anda, penguat pendapat Anda, penguat permintaan Anda, dan penguat upaya Anda.
Harapan di hati utuh Anda itu, adalah pengindah pribadi Anda, dan penguat peran Anda bagi kebaikan sesama. “ ( Mario Teguh)
Yah, harapan itu adalah pengindah hidup. Sekecil apapun itu. Sedikit berapapun takaran itu, namun ia tetaplah pengindah untuk secuil hati yang terluka seperti kita.
Wahai hati yang terluka...
dengarkanlah aku sedang berusaha berbicara denganmu melewati bahasa jiwa...
betapapun perih itu memedihkan...
namun hidup tetap harus diperjuangkan.
Aku tahu kau kan mampu lebih dari apa yang ku perkirakan....,
lihat, dan lihatlah...kau telah bertemu dengan masamu yang sekarang...
biarlah hati pendosa seperti ku ini tetap pada pengupayaan berbagi untuk kebaikan.
Maafkan aku, maafkan atas duri tajam yang telah ku tancapkan pada hatimu...
tahukah kau ku juga terluka karena itu?
“ bukankah kita sama – sama belajar dari sebuah kesalahan dan kegagalan?”
rasakan..., rasakanlah...
mungkin kau tidak melihat senyumku yang akuperjuangkan dengan air mata pagi ini.
namun ku tahu, setelah kau baca semua ini, kaupasti akan dapat merasakan bahwa aku berada di hadapmu...
Biarkan saja api dalam lautan itu meluluh lantahkan segala bentuk keutuhan...
namun aku berharap tidka sama runtuhnya hati mu yang terluka...,
jangan padam wahai kau hati yang sempat kelam...
Tuhan Maha Mendengar setiap rintihan hati kita, pinta kita pada-Nya...
Dia Maha Mengerti...kelukaan ini, sakit ini..., perih ini
Dia Maha Tahu niat kita....,
Dia Maha Menghargai setiap usaha kita...
Dia Maha Pengasih, Maha Penyayang.., yang selalu membasuh kepedihan kita.
Yang selalu merawat penderitaan kita dengan digantikan-Nya menjadi sebuah hal yang lebih berharga...
Tiada jalan yang lebih sulit dibandingkan ke mana arah pembaikan itu sendiri.
Karena hanyalah dinding keburukan yang mudah untuk di tembus, karena di dalamnya teranggapkan mudah, padahal itu tidak kekal.
Sungguh sulit setia pada hal yang dapat membaikkan kita.
Namun biarlah biar pun aku dan engkau terluka...,
ku yakin kita punya niat satu sama.
Percayalah...,
ternyata rasa perih itu tak mampu membuatku nyaman, sekasar apapun aku mengusirnya. Pukul 3 pagi ini, sungguh merasa tersiksa. Tak dapat memicingkan mata. Kelelahan pun dapat terelakkan. Tapi rasa duka itu masih setia dalam jiwaku.
Apa yang dapat aku lukiskan di sini?
Sementara hati ini telah berdarah karena ulahku sendiri, Astgfirullah....
nyeri dan perih untuk kau raba perasaannya.
Sahutan keheningan malam pun tak dapat menenangkan aku seperti biasanya.
Semua enyah dan musnah, entah kemana perginya.
Bulir asa yang bergeliang geliut tak tahu pastinya, semakin berjejalan bimbang dalam hatiku.
Oh Tuhan..., Ampuni aku, Maafkan aku,
inikah hukuman-Mu? Karena aku melukai hati itu?
Ampuni aku ya Rabb...
air jiwa itu seketika mengering dan gersang
hujan hati memedihkan rasa ngilu di palung hatiku.....
dan air mata ini, bergerilya dari wajah hingga selimut tidurku.
Rasa itu menghujam jantungku...
aku....., aku melukainya...
oh tidak, jahatnya aku,
dia ada dalam setiap doa – doaku
dia adalah goresan dalam kekosongan waktu ku...
dia adalah air mata karena rinduku padanya
dan dia adalah senyumku bahagia dalam penghidupan yang ku harapkan pada-Nya.
Sebegitu besarkah salahku Tuhan?
Dengan janjiku yang tak pernah mau menyakitinya...
sekarang aku dalah kepingan kaca yang telah hancur...
aku adalah lempeng batu yang runtuh...
walau bagaimanapun itu, aku adalah hati yang patah yang masih dapat bertahan untuk nya.
Orang bijak mengatakan :
“Harapan di hati baik Anda itu, adalah pengindah doa-doa Anda, pengindah wajah Anda, pengindah suara Anda, dan pengindah sentuhan Anda.
Harapan di hati teguh Anda itu, adalah penguat kesungguhan Anda, penguat pendapat Anda, penguat permintaan Anda, dan penguat upaya Anda.
Harapan di hati utuh Anda itu, adalah pengindah pribadi Anda, dan penguat peran Anda bagi kebaikan sesama. “ ( Mario Teguh)
Yah, harapan itu adalah pengindah hidup. Sekecil apapun itu. Sedikit berapapun takaran itu, namun ia tetaplah pengindah untuk secuil hati yang terluka seperti kita.
Wahai hati yang terluka...
dengarkanlah aku sedang berusaha berbicara denganmu melewati bahasa jiwa...
betapapun perih itu memedihkan...
namun hidup tetap harus diperjuangkan.
Aku tahu kau kan mampu lebih dari apa yang ku perkirakan....,
lihat, dan lihatlah...kau telah bertemu dengan masamu yang sekarang...
biarlah hati pendosa seperti ku ini tetap pada pengupayaan berbagi untuk kebaikan.
Maafkan aku, maafkan atas duri tajam yang telah ku tancapkan pada hatimu...
tahukah kau ku juga terluka karena itu?
“ bukankah kita sama – sama belajar dari sebuah kesalahan dan kegagalan?”
rasakan..., rasakanlah...
mungkin kau tidak melihat senyumku yang akuperjuangkan dengan air mata pagi ini.
namun ku tahu, setelah kau baca semua ini, kaupasti akan dapat merasakan bahwa aku berada di hadapmu...
Biarkan saja api dalam lautan itu meluluh lantahkan segala bentuk keutuhan...
namun aku berharap tidka sama runtuhnya hati mu yang terluka...,
jangan padam wahai kau hati yang sempat kelam...
Tuhan Maha Mendengar setiap rintihan hati kita, pinta kita pada-Nya...
Dia Maha Mengerti...kelukaan ini, sakit ini..., perih ini
Dia Maha Tahu niat kita....,
Dia Maha Menghargai setiap usaha kita...
Dia Maha Pengasih, Maha Penyayang.., yang selalu membasuh kepedihan kita.
Yang selalu merawat penderitaan kita dengan digantikan-Nya menjadi sebuah hal yang lebih berharga...
Tiada jalan yang lebih sulit dibandingkan ke mana arah pembaikan itu sendiri.
Karena hanyalah dinding keburukan yang mudah untuk di tembus, karena di dalamnya teranggapkan mudah, padahal itu tidak kekal.
Sungguh sulit setia pada hal yang dapat membaikkan kita.
Namun biarlah biar pun aku dan engkau terluka...,
ku yakin kita punya niat satu sama.
Percayalah...,
kau adalah pahlawan kehidupan.
Bagi rasa takutmu..., bagi rasa sakitmu, bagi setiap peluhmu, dan untuk penghidupan yang memang layak kau dapatkan itu untuk mu, dari smua hasil perjuanganmu.
Wahai hati yang terluka...
peran utama yang utuh dan tangguh belum sempurna akhirnya...
jangan biarkan smeua menghambar karena keterpurukan dan kebiasan yang makin kita sesali adanya...
relakanlah,ikhlaskanlah... bersama perjuanganku...
dalam pengupayaan kita untuk dan demi kebaikan kita bersama,
dan bila waktu telah tiba.., yang Dia pun telah memperkenankanku dalam pasti-Nya,
sungguh, tak akan ku biarkan sedikitpun luka itu menganga tanpa balutan penawar dariku untuknya...
apabila masa telah pada saatnya memanggil...
dan ketahuilah selama itu kau selalu ada dalam hati dan fikiranku...
kau telah menjadi bagian cerita goresan penaku...
tersenyumlah cinta...,
untuk kehancuran ini...
namun jangan pernah kau tinggalkan secuil harapan indahmu juga habis dimakan olehnya...
sejauh asaku tuk mengukurnya..., sedalam rasa kasih sayang-Nya, yang telah mampu menyempurnakan rajutan rindu dan mimpi – mimpi indah kita..
aku tahu selama itu pula harapan itu kan tetap indah bagaimanapun bentuknya... :)
“Harapan adalah penghubung antara sepedih-pedihnya keadaan dengan seindah-indahnya kesyukuran.”
apa yang dapat aku tawarkan... untukmu wahai hati yang terluka?
apa yang hrus ku balutkan untuk seorang yang terluka?
selain kasihku padanya..,
selain setiaku untuknya..,
selain senyumku untuk kebahagiaannya....?
dan karenanya telah membuat aku mampu untuk
menunggu sebuah harapan indah kita bersama....
maafkan aku,
wahai hati yang terluka...
NB : Refrensi by Mario Teguh “HARAPAN ADALAH PENGINDAH DAN PENGUAT “
Ratih Septiana
Gubuk Kecil Tersembunyi
Selasa,11 April 2010
03.17 wib
No comments:
Post a Comment