Wednesday, July 21, 2010

entah apa judulnya.....


Bismillah......




peluh – peluh terkuras kuat,
wajah sayu nan lelah kian memikat...
rentan-nya raga tak menjadikan satu penghalang yang hebat...


hidup selalu berjalan pada jalur -Nya...
pada ketetapan-Nya...



terkadang memuakkan bak onak duri menusuk tajam pada kemunafikkan
janji – janji dari jiwa yang berkata “peduli” hanya menguap bersama udara
menangis lirih bunga pertiwi...
melihat luka derita pada hati yang kan mengganti nusa..., tiada diperhati.....




Ratih Septiana





Pagi ini cerah, seperti biasanya berjalan diam menuju ke tempat kerja. Masih teringat pada wajah televisi pagi ini. Lagi dan lagi masih bertemakan pendidikan, ekonomi. Anak terlantar. Kadang aku berfikir, untuk apa para pembesar di muka bumi ini membanggakan apa yang mereka miliki, sedangkan masih banyak jiwa yang berserakan yang membutuhkan bantuan. Ironis.



Melihat mereka yang seharusnya berada di runag kelas, belajar bersama, akan tetapi, tidak demikian halnya dengan apa yang mereka lakoni. Berceceran bak tak diperhatikan, bekerja menggayuh puing asa untuk sesuap nasi, atau bahkan untuk membiayai sekolah mereka sendiri. Subhannallah...,



Sadarkah kita? Melihat fasilitas yang kemarin – kemarin saya dengar di televisi sebuah mobil mewah, berharga ratusan juta, atu bahkan banyak acara televisi yang menghamburkan uang setiap minggu nya. Dan pad asatu sisilain ada seorang nenek yang hidup di rumah kardus, yang makan setiap harinya dari belas kasiahan orang. Astgfirullah..., tiada sebanding dan itu sangat amat jauh. Sungguh memprihatinkan.



Ya Allah, apa maksud dari semua ini? Apakah telah Engkau butakan mata hati dari kami yang selalu merasa tinggi dengan materi? Nauzdubillah....,



Tersirat garis keras di wajah – wajah mereka. Doa masih menjadi senjata utama bagiku. Mengharapkan satu yang berharga kan lekas di usut segera. Lelah sudah melihat negeri sendiri. Ada pula berita seorang anak dengan wajah yang hangus terbakar mengetuk pintu istana. Namun juga tak ada konfirmasi, yang ada hanyalah komnas HAM yang berupaya untuk menolongnya.



Aku tak tahu tata cara kerja beliau – beliau ini, tetap saja harus dihormati atas apapun yang tengah mereka beri. Kemarin catatan seorang sahabat tentang “seragam”, juga begitu menelak di hati ini. Merasa gagah dan haus untuk disegani. Akan tetapi... satu sisi lain, lukisan media berbicara seorang anggota tega mencabuli remaja. Inikah yang mereka banggakan dengan “
seragam”? Sungguh benar – benar memuakkan!!



Wacana apa lagi yang kan aku dapat untuk esok hari?
Ketegasan dan keadilan hanya ada utuh pada-Nya.



Jika saja lebih dalam memaknai kehidupan ini, tentu saja kita akan begitu malu pada-Nya. Kita yang selalu haus untuk dipuja dan dipuji, kita yang haus akan sambutan untuk disegani, kita yang selalu maukan untuk dinobatkan sebagai pahlawan, akan tetapi apa yang kita lihat pada alam tindakan ini? Kehancuran, penderitaan, acuh tak acuh pada sesama. Tidak tegas pada yang
“tidak” jujur, dan melemahkan pada yang baik.



Jika menuntut idealisme kehidupan, tentu saja tidak bisa. Karena manusia berbatas dengan kodratnya. Akan tetapi apa salahnya jika kita selalu berupaya, berusaha unutk mencapai kesejahteraan bersama. Jika tak mau di salah artikan, tentu saja kita harus tegas pada hal – hal yang sudah kita sampaikan. Tak bisa hanya berucap, karena semua dalam kehidupan ini butuh yang pasti. Nyata.


Apa terlalu sulit jika uang itu berguna bagi yang sungguh membutuhkannya? Apakah masih terlalu sukar untuk kita lebih melihat jauh ke dalam diri kita, smua ini hanyalah titipan, amanah.? Hhh lagi – lagi aku harus mengatakan...tapi inilah hidup selalu ada hitam dan putih. Dan Tuhan..., tidak akan menciptakan sesuatu yang sia – sia, semua yang sudah diciptakan-Nya diadakan-Nya adalah benar dan nyata. Tetapi bukankah setidaknya kita bisa berupaya dengan apa yang padahal kita bisa melakukannya? Seharusnya kita juga bisa lebih tegas pada diri sendiri. Artinya jangan menjadikan kelemahan sebagai alasan. Meski bukan berarti juga kita harus
“ngoyo atau memaksa” diri sendiri. Tapi saya yakin kita bisa lebih bijak dan dewasa untuk satu hal ini. Bukankah begitu?




Banyak jiwa yang sudah terlantar ….
sakit hati tertipu dengan janji yang tidak amanah....
menderita karena yang harusnya melindungi tapi malah memupuskan harapan.
dan bertahan dengan sekeping hati yang tak dipeduli untuk melanjutkan kehidupan.
Allahu Akbar....
.



Apa yang mau kita sombongkan pada hari ini? Kekayaan? Jabatan? Tidak kah kita malu dan takut pada-Nya?


Ya Allah, terasa sesak dadaku menuliskan ini, ingin ku marah dan protes sepuasku. Apa yang sesungguhnya terjadi? Pada mereka yang gemar menindas hak – hak orang kecil. Kenapa maling kelas kakap masih dilindungi dan masih bisa dihargai, sedangkan saja yang memunggut coklat di halaman rumah dikenai tangguhan berat? ( masihingat dnegan berita ini?)



Astgfirullah. …......,
ISTIGFAR INDONESIA!!!!!



Semoga ini bisa menjadi kan koreksi bersama. Tentang pentingnya sebuah kebersamaan, berbagi, rendah hati, rendah diri, dan setia pada yang jujur, dan juga santun pada yang baik. Janganlah kita merasa bangga, karena apa yang sudah kita bagi pun untuk mereka, itu bukan kepunyaan kita...., juga jangan pernah merasa Tuhan tidak pernah melihat apa saja yang kita lakukan. Sungguh Ia Maha Melihat, Maha Menyaksikan Segala-Nya


Semoga dengannya, kita ditanggalkan dari segala kemunafikkan, insya Allah Amin.



Mohon maaf jika ada kata yang salah, tapi semoga ketukan keras pagi ini, bisa menjadi sebuah instropeksi diri lagi, mulai dari diri kita sendiri, mulai dengan hal yang kecil, dan anggaplah semua yang kita upayakan untuk kebaikan seseorang itu sangatlah berharga. Karena kebaikan sebesar biji zarrah pun akan Tuhan hitung untuk amalan kita, Wallahu Alam. Semoga Tuhan Meridhoi. Amin.

Dan untuk yang tangguh jiwanya, kuat hatinya.... dengarlah kata sang bijak ini...:)




Adikku yang hatinya sedang tersiksa karena kenyataan hidup yang tak ramah,

Apa pun yang kau impikan, biarkanlah ia besar dan tinggi.
Lalu, besarkanlah harapanmu, tuluskanlah doamu, bekerjalah untuk melebihkan pelayananmu, dan utuhkanlah keberserahanmu kepada Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Kaya.

Jangan ragukan hakmu untuk berhasil.

Sesungguhnya, Tuhan sedang menunggu upayamu
.”




KEMISKINAN ADALAH PENDIDIK TERBAIK.

Keadaan apakah yang lebih mendidikkan penghematan, memaksakan kreatifitas, meramahkan pendekatan, mengkhusukkan doa, menyungguhkan upaya, dan yang mendalamkan kesyukuran?

Kemiskinan yang disyukuri sebagai pelajaran, diikhlaskan sebagai pensahaja diri, dan digunakan sebagai pengutuh kesungguhan kerja, AKAN MENJADIKAN KITA PRIBADI YANG ANGGUN DALAM KEKAYAAN. Amien





Mario Teguh







Ratih Septiana






Blogger net II


Kamis, 22 Juli 2010
8.28 am

No comments: